Setiap kata berpadu menciptakan warna
Setiap warna bercampur meneduhkan mata
Layaknya pelangi, kami ingin menguntai
Kata demi kata,
Warna demi warna
Kami memang kecil di hadapan peradaban,
Tetapi kami memiliki hati yang selalu berkarya demi kebaikan
Lambaian pena kami semoga mampu menyapa batin
***
Menulis
adalah membebaskan segala macam pikiran dan rasa yang terkumpul dari pelbagai
pengalaman ke dalam bentuk cerita. Mencoba meresapi, menghayati, menikmati,
lalu menuliskannya dalam sebuah karya. Seperti itulah yang dilakukan beberapa
mahasiswa UIN Alauddin yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena. Di awal November
2013 sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena mencoba untuk melahirkan karya antologi
pertama mereka. Pada akhirnya, terbitlah sebuah buku yang diberi judul PELANGI
PERADABAN.
Karya tersebut disusun oleh 20 penulis muda UIN Alauddin Makassar. Pelangi Peradaban merupakan antologi cerpen dengan mengangkat cerita yang didalamnya bertemakan banyak warna, yang mengisahkan kehidupan dengan mencoba mengungkapkan latar kedaerahan yang dipadukan dengan tema Islam, sosial, dan cinta yang khas dewasa ini. Puisi-puisi pun diselipkan di tengah alur yang membuat cerita lebih mengikat dan menghidupkan para imaji pembaca. Penulis yang tergabung dalam buku tersebut adalah Arifuddin, Arini Isnani Preninka, Buaidha Mukhrim, Dini Noordianty Hamka, Endang Eriana, Hasrul, Hidayati, dan sejumlah nama lainnya.
Karya tersebut disusun oleh 20 penulis muda UIN Alauddin Makassar. Pelangi Peradaban merupakan antologi cerpen dengan mengangkat cerita yang didalamnya bertemakan banyak warna, yang mengisahkan kehidupan dengan mencoba mengungkapkan latar kedaerahan yang dipadukan dengan tema Islam, sosial, dan cinta yang khas dewasa ini. Puisi-puisi pun diselipkan di tengah alur yang membuat cerita lebih mengikat dan menghidupkan para imaji pembaca. Penulis yang tergabung dalam buku tersebut adalah Arifuddin, Arini Isnani Preninka, Buaidha Mukhrim, Dini Noordianty Hamka, Endang Eriana, Hasrul, Hidayati, dan sejumlah nama lainnya.
Lahirnya
buku tersebut dilatarbelakangi oleh inisiatif para anggota yang baru saja
menyelesaikan sekolah menulis tiga bulan terakhir. Kampus Peradaban setidaknya
bisa di buktikan dengan sebuah karya nyata.
Kampus
Islam dan Menulis
Meskipun
disibukkan dengan aktivitas kampus, dua puluh mahasiswa tersebut mampu
menyadari bahwa menulis adalah salah satu cara terbaik untuk membebaskan ide,
perasaan, dan mencoba berdakwah lewat tulisan. Pelangi peradaban lahir dengan
karakter tersendiri. Tentunya, cerpen yang dihasilkan mengandung nuansa Islami
yang kental. Beberapa cerpen terinspirasi dari kejadian atau peristiwa yang
dialami di daerah atau pun di kampus. Sejumlah judul cerpen, yakni, Menelan
Cinta, Malam Patah Hati, Panas Membekukanku, Tarbiyah di Anging Mammiri, Jalan
Al-Baqarah, Air Mata Kebahagiaan Raita Umairah. Ada pula judul yang
merupakan fenomena biasa kita jumpai, yakni
Pannai Membunuhku, karya Sunarwan.
Kehadiran
Pelangi Peradaban diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terus menumbuhkan
rasa percaya diri untuk memasuki dunia kesusastraan Indonesia, menulis, dan
berkarya dalam menghasilkan hal-hal yang positif. Dan, lewat menulis, pikiran
dan perasaan dapat menjadi jalan untuk mengatur emosi yang ada.
Semoga
kehadiran PELANGI PERADABAN menjadi sebuah pertanda akan berkembangnya
dunia tulis menulis di kalangan mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
khususnya untuk para mahasiswa yang bergabung dalam Forum Lingkar Pena Ranting
UIN. Citra peradaban benar-benar hadir dalam sebuah karya nyata. Mahasiswa UIN
Alauddin Makassar tidak akan dikenal dengan citranya yang selalu berdakwah di
masjid-mesjid atau di mimbar saja. Menulis juga bisa dijadikan salah satu ajang
untuk berdakwah lewat tulisan, menyalurkan aspirasi, melakukan perubahan dan menciptakan
peradaban. Seperti yang dikatakan Helvi Tiana Rosa, bahwa “Menulis adalah memahat peradaban” Selamat berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar