Minggu, 25 Agustus 2019

Surat Nailah

Makassar, 03 April 2019
Untuk;                                                                                                
Guru Terbaik, Bu Reski

Assalamu alaikum. . . .
Bu Reski apa kabar? Aku harap Bu Reski baik-baik saja. Bu Reski aku rindu sekali denganmu. Beberapa hari ini aku merasa akan kehilangan guru tersayang dan terbaikku. Aku harap aku tidak akan kehilangan dirimu, tapi kau harus pergi dari sekolah ini untuk mengajar di sekolah lain. Semoga Bu Reski tidak akan pernah melupakanku, Bu Reski melalui surat ini aku ingin menyampaikan sesuatu.

Bu Reski…
Pertama kali melihatmu aku sangat bahagia, karena mendapat wali kelas yang cerdas, kreatif dan baik hati. Aku ingat pertama kali aku masuk kedalam kelas kami memperkenalkan diri masing-masing, terutama dirimu. Betapa bahagianya dirimu, senyumanmu membuatku merasa bahwa aku sangat beruntung mendapatkan guru sepertimu. Aku juga ingat, kalau dulu aku sangat pemalu tapi kau terus mengajariku tanpa lelahnya dirimu agar membuatku menjadi anak yang percaya diri.

Bu Reski…
Setiap hari kau mengajari kami, menuntut kami agar bisa menjadi penerus bangsa dan negara. Cita-citamu sangatlah mulia, sehingga membuatku ingin seperti dirimu. Kau adalah guru yang ceria, kau masih mengajari muridmu yang tidak bisa membaca ataupun menulis. Kau mengajari kami membaca buku agar gemar membacanya, kau selalu memuji dan menyemangati di manapun itu.

Bu Reski…
Atas dukungan dan ilmu yang kau berikan padaku, aku berhasil naik ke kelas V.  Aku tidak akan melupakan semua yang telah kau berikan kepadaku. Bu Reski aku sangat berterima kasih atas semua jasa-jasamu. Kau akan terus menjadi guru favorit dan kesayanganku serta guru terbaikku. Aku akan sedih atau bahkan menangis karena kehilanganmu, tidak akan kelupakan semua itu, tidak ada yang bisa kuucapkan selain terima kasihku untukmu.

Aku berjanji akan membuatmu tersenyum bahagia di suatu hari nanti. Bu Reski, surat ini kucukupkan sampai di sini. Bu Reski jaga kesehatanmu, aku akan belajar giat dan bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-citaku. Sampai jumpa Bu Reski, aku tidak akan pernah melupakanmu.I Love You …

Dari Muridmu


Akifa Nailah Idris


***
Lieb...

Mata saya sedang hangat. Saya baru saja membaca ulang selembar surat dari Nailah, anak wali saya dua tahun lalu. Perempuan manis yang berkacamata, senyumnya selalu meneduhkan.  

Sejak lulus kuliah saya mengajar di MI Tahfizul Qur’an - Yayasan Al-Azhar. Waktu yang sangat singkat untuk mengenal dan belajar banyak hal. Persaudaraan dan kesederhanaan di tempat ini sangat kuat, saya tidak perlu berpura-pura di tempat ini, cara saya berbicara, tertawa, dan berperilaku kadang berlebihan. Tapi mereka tidak pernah berubah,  selalu saja mengingatkan dalam kebaikan. Kadang saya mengeluh dan menggerutu tidak jelas, tapi, ada-ada saja yang membantu dan menguatkan saya

“Surgakan perasaanmu.” 
Dua kata itu selalu saja membuat hati saya tenang.  

Tingkah anak-anak yang polos membuat saya betah untuk mendengarkan cerita dan harapan-harapan mereka. Puluhan anak-anak yang luar biasa, yang benar-benar membuat saya tertantang menjadi agen of change bagi mereka.

Terima kasih,  ya Allah. Tiga tahun ini saya belajar dari siswa-siswa yang sulit memahami materi, saya belajar dari mereka yang sangat aktif dan lincah. Bagi saya,  mereka adalah rezeki.  Bagaimana tidak,  Ilmu saya bisa bertambah karena kehadiran mereka.  Kesabaran saya bisa berlipat-lipat karena kehadiran mereka. 

Dan yang paling saya nikmati adalah ketika mereka tersenyum dan membisikkan sebuah kalimat,  "Buu...  Ternyata gampangji. Bisa meka jawabki bu."

Ahh, bagaimana mungkin saya tidak berterima kasih kepada-Mu, jika kenikmatan hati ini terus-menerus muncul dari hari ke hari di tempat sederhana ini. Hal istimewa lainnya ketika mereka menulis surat dan menyimpannya di laci meja, menyelipkannya di buku,  atau menempelkannya di dinding emosi.  Lieb... Anak-anak selalu tulus. 

Mereka tulus menulis, mereka tulus mendoakan. 

Big hug ..... 

Tisuu..tisu…mana tisuuuuu.


***